Penggunaan quick response (QR) code untuk berbagai industri kian marak sejak dua dekade terakhir ini. Dimulai dari diciptakannya QR code untuk keperluan internal oleh Denso Corporation Japan pada 1994 hingga disertifikasi International Organization for Standardization (ISO). Secara garis besar, QR code dipresentasikan menggunakan format dua dimensi dan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan konsep pendahulunya, yakni barcode, yang hanya menggunakan format satu dimensi. Keunggulan-keunggulannya antara lain kapasitas penyimpanan data jauh lebih besar, tapi sangat compact karena dirangkai dalam dua dimensi; volume kapasitas penyimpanan data tergantung dari versi QR code yang digunakan; varian jenis data bisa numerik, alphanumerik, dan bahkan huruf kanji; keandalan penyimpanan data yang tinggi dan mampu melakukan recovery kerusakan data hingga 30% karena diterapkannya algoritma error correction code. Kerusakan tampilan QR code bisa disebabkan oleh kotor, coretan, lipatan, atau sobek; serta mudah dan cepat dibaca oleh perangkat QR reader dari berbagai arah.
QR code menjadi sangat populer karena keunggulan yang disebutkan di atas dan didukung oleh tersedianya berbagai QR reader pada smartphone. Contoh penggunaan QR code yaitu untuk keperluan tracking oleh imigrasi, rumah sakit, industri manufaktur, e-commerce, inventory, kurir, dan lembaga keuangan seperti perbankan.
Perbankan mulai menerapkan QR code sebagai salah satu solusi digital banking untuk transaksi pembayaran. Pemain besar dunia, antara lain EMV, Amex, dan Alipay, sudah menerapkan fitur QR code untuk melengkapi metode pembayaran.Spesifikasi teknis dari EMV untuk QR code (EMV QR) sudah menyediakan ruang untuk perbankan nasional menerapkan sistem pembayaran tersendiri. Spesifikasi EMV QR juga dilengkapi fitur verifikasi data transaksi melalui CRC16 untuk pengamanan tambahan. “Standardisasi” spesifikasi teknis tersebut menyederhanakan pengembangan di sisi aplikasi.
QR code dipresentasikan menggunakan format dua dimensi dan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan konsep pendahulunya, yakni barcode, yang hanya menggunakan format satu dimensi.
Penggunaan QR code untuk transaksi pembayaran memberikan penghematan yang cukup besar kepada perbankan. Penghematan itu antara lain biaya penerbitan kartu debit atau kartu kredit, biaya pengadaan perangkat EDC karena sudah tidak diperlukan lagi, biaya jaringan komunikasi dan perangkat pendukung EDC di sisi bank, serta proses pembayaran yang lebih cepat, aman, dan paperless. Alur transaksi pembayaran melalui QR code terbagi menjadi dua. Satu, penampilan QR code tagihan melalui perangkat penjual atau disebut merchant presented QR code, yaitu pelanggan menggunakan aplikasi pembayaran di smartphone untuk membaca QR code tagihan. Apabila nilai tagihan sesuai, pelanggan mengeksekusi instruksi pembayaran dari rekening bank pelanggan.
Dua, penampilan QR code rekening pelanggan atau disebut customer presented QR code, yaitu penjual menggunakan scanner untuk membaca QR code dari smartphone pelanggan untuk mendapatkan informasi bank pelanggan, yang berlanjut dengan penjual mengirim permohonan pembayaran ke bank pelanggan. Bank pelanggan akan mengirimkan notifikasi status pembayaran tersebut. Kemudian, berdasarkan pantauan selama ini, dari kedua alur tersebut menunjukkan bahwa merchant presented QR code adalah alur transaksi pembayaran yang umum diterapkan.
Perkembangan teknologi QR code akan terus berlanjut dari waktu ke waktu. Saat ini dua varian baru QR code sudah tersedia, yaitu secured QR code (SQRC) dan iQR. SQRC adalah QR code yang dilengkapi fitur enkripsi untuk pengamanan kerahasiaan data. Data yang disimpan menggunakan SQRC hanya bisa diakses oleh QR reader tertentu yang dilengkapi dengan decryption key. Sedangkan iQR memiliki format tampilan yang berbeda, kapasitas penyimpanan data yang lebih tinggi, dan kemampuan recovery kerusakan data (error correction code) sampai dengan 50%.